Mudahnya Paham Radikal Menyebar Karena Teknologi dan Internet - Duta Muslim Sejati

Sunday, July 22, 2018

Mudahnya Paham Radikal Menyebar Karena Teknologi dan Internet


Narasi adalah diksi yang sebenarnya suatu hal yang normatif serta dianggap sesuatu yang baik dan benar. Narasi bermain dalam cara pandang seseorang yang ekstrim. Salah satu metode penyebaran ideologi yang radikal adalah melalui narasi yang disampaikan lewat media sebagai perantaranya baik berupa teks, visual, audio, maupun aksi.
Saat ini terjadi perubahan karakteristik 9P aktivitas terorisme diantaranya pendanaan, propaganda, perekrutan, penyediaan logistik, pelatihan, pembentukan satuan tempur, perencanaan, pelaksanaan serangan teroris, dan persembunyian. Keseluruhan perubahan tersebut rata-rata dalam konteks medianya memanfaatkan teknologi dan salah satunya adalah internet. Sehingga dapat dikatakan bahwa mudahnya paham radikalisme menyebar rupanya bukan hanya karena ada faktor lingkungan yang mempengaruhi namun juga karena faktor perkembangan internet yang semakin memudahkan paham radikal tersebut tersebar ke seluruh di dunia.
Terorisme saat ini sudah bukan lagi berkaitan dengan aksi-aksi pembunuhan serta perebutan kekuasaan. Namun, kini terorisme sudah merambah pada internet dan media sosial. Internet dan media sosial merupakan suatu revolusi baru dalam dunia informasi yang dimana setiap orang dapat dengan mudah mengakses situs-situs yang ada di dalamnya. Internet dan media sosial juga digunakan oleh para kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi mereka kepada masyarakat. Tujuannya, selain sebagai ajang propaganda ideologi, juga menjadi alat yang ampuh untuk rekrutmen dan kampanye perjuangan. Misalnya, kelompok teror seperti ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) sangat piawai dalam penggunaan media sosial seperti YouTube, Twitter, Instagram, Tumblr, dan aplikasi lainnya dan mengunggah aktivitas mereka selama melakukan serangan ofensif. Dengan gencarnya mereka menyebaran segala aktivitas dan ideologi mereka ke dalam media sosial, maka penyebaran ajaran-ajaran ideologi radikal pun semakin tidak terbendung.
Keuntungan lain yang mengarah pada peningkatan manfaat internet bagi tujuan propaganda adalah :
  • Jumlah penonton yang sangat besar, jauh lebih besar daripada sebagian besar audiens media lain, seperti radio atau televisi
  • Sangat muda untuk mengakses data
  • Cepat dan murah
  • Menawarkan lingkungan multimedia yang berarti teks, grafik, video, lagu, buku, dan lainnya dapat dikombinasikan dengan mudah
  • Media massa lain seperti koran dan radio sering melaporkan dan menyalin konten internet. Hal ini membuktikan bahwa internet dapat mempengaruhi keberadaan media massa lainnya.
Memerangi terorisme berarti memerangi ideologinya. Para terorisme percaya bahwa ideologi yang selama ini mereka anut adalah yang paling benar dan ideologi di luar itu dianggap salah bahkan tidak ada. Dari ideologi yang seperti ini timbul lah kebencian akan hal-hal yang bertentangan dengan mereka. Akibatnya, sentimentil meningkat yang kemudian mengubahnya menjadi radikal dan membuat mereka bersedia melakukan apa pun dalam rangka mensyiarkan kebenaran termasuk misalnya melakukan bom bunuh diri.
Membuat seseorang rela melakukan tindakan bunuh diri dengan meledakkan dirinya tentu merupakan hal yang luar biasa. Betapa kekuatan narasi yang berperan dalam hal tersebut sangat lah kuat. Narasi sendiri bermain dalam cara pandang seseorang yang ekstrim. Narasi dapat mempengaruhi seseorang dengan latar belakang apa pun. Narasi pun menyasar para komunikannya atau dapat dikatakan bahwa mereka-mereka yang mudah terpengaruh oleh narasi seperti anak muda, mantan narapidana terorisme, dan kaum returnees (mereka yang kembali ke ajaran atau ideologi radikalnya). Namun yang justru harus dicegah penyebaran ideologi radikal melalui narasi adalah anak muda.
Saat ini banyak fenomena-fenomena anak muda bergabung ke dalam kelompok radikal misalnya ISIS karena pengaruh internet dan media sosial. Anak muda rentan terpengaruh karena kondisi emosi yang belum stabil, kondisi mereka yang sedang gelisah, pikirannya penuh dengan kebuntuan dan melihat kondisi saat ini dirasa tidak ideal bagi dia, maka hal tersebut mudah melihat suatu tawaran yang lebih baik seperti bergabung dengan ISIS. Selain itu, penafsiran yang salah akan ajaran agama juga menjadi faktor pendukung proses narasi tersebut berjalan sehingga orang yang semula tidak radikal berubah menjadi radikal. Hal ini justru harus diantispasi agar pengaruh-pengaruh ISIS yang menyasar anak muda tidak tersebar luas.
Terorisme ternyata terus membayangi kedamaian hidup masyarakat Indonesia terutama dengan gencarnya penyebaran pengaruh ISIS di tanah air. Perkembangan serta pengaruh pergerakan kelompok-kelompok terorisme tersebut di Indonesia masih menjadi ancaman serius bagi stabilitas keamanan Indonesia. Dalam menangani masalah terorisme terutama di Indonesia, diupayakan dengan melakukan pendekatan jalur keras (hard approach). Menangkap dan membunuh semua teroris disadari bukanlah strategi yang realistis dan justru menghabiskan waktu hanya untuk memahami bagaimana dan mengapa individu menjadi teroris. Kemudian, upaya lain yang ditempuh adalah dengan pendekatan lunak (soft approach). Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan yang berkaitan dengan keagamaan. Lambat laun, muncul kesepakatan yang menyatakan bahwa melawan ideologi yang mendorong nilai-nilai ekstremisme menjadi penting dalam upaya untuk mencegah dan mengalahkan kekerasan yang muncul. Oleh karena itu lahir countering violent extremist (CVE). CVE kemudian dipecah ke dalam dua kategori yaitu deradikalisasi dan kontra narasi.
Kontra narasi digunakan untuk mencari tahu posisi terbaik untuk menyampaikan pesan yang baik dari sudut kunci yang baik pula terhadap efektivitas strategi kontra narasi. Menurut Richardson, sebuah tujuan strategi kontra terorisme yang efektif tidak hanya terbatas pada pemberantasan teroris, namun juga pencegahan tindak terorisme. Sehingga untuk efektivitas penerapan kontra narasi tersebut, perlu untuk mengatasi tidak hanya mereka yang rentan terhadap pesan ekstremis, tetapi juga orang-orang di jalan menuju radikalisasi dan mereka yang sudah radikal.
Kontra narasi dilakukan dengan mengacu pada teori dasar komunikasi yaitu dengan melihat pada komunikator (merupakan si pengirim atau pemberi narasi), channel (saluran atau caranya), dan komunikannya (penerima atau yang memahami narasi). Kontra narasi tersebut melahirkan peaceful naratives dan moderated narativesPeaceful narativesmerupakan suatu cara yang ditempuh dengan suasana yang damai. Namun jika tidak dapat dilakukan dengan damai maka akan ditempuh dengan moderated naratives atau mampu memberikan situasi yang seimbang. Menciptakan moderated naratives dapat dilakukan dengan :
  • Menyerang komunikator dan komunikan para kelompok radikal tersebut. Misalnya merangkul para mantan narapidana terorisme untuk diajak dalam menyebarkan berita, syiar baru, membuat buku, serta video yang bertujuan untuk memberikan pengertian dan meluruskan kebenaran.
  • Mengenai channelnya, situs-situs yang memuat konten radikal di internet segera di blockdan membuat situs tandingan yang berisi tentang kebenaran dan ajakan untuk menciptakan kedamaian di dunia.
  • Mengenai komunikannya (mereka-mereka yang rentan terpengaruh oleh narasi), salah satunya adalah anak muda. Perlu adanya pengawasan mengenai penyebaran narasi di media sosial terutama bagi anak-anak muda yang dengan mudahnya mengakses media-media tersebut dan mencegah narasi radikal di ikuti oleh mereka serta penyuluhan akan bahayanya radikalisme. Sehingga mereka bisa menyaring segala informasi yang mereka dapat dengan bijak.
Upaya untuk meredam paham radikal serta aksi terorisme di Indonesia terus dilakukan terutama bagi BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Dalam rangka menangkal paham radikal, BNPT saat ini tengah menggalangkan empat kontra yaitu kontra radikalisasi, kontra ideologi, kontra propaganda, dan kontra narasi. Secara kelembagaan, pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang sejak tahun 2010 melakukan kegiatan menanggulangi terorisme, menganalisis kebijakan, menyiapkan program, dan menyusun strategi dengan mengedepankan upaya pencegahan.
BNPT telah mencanangkan 2015 sebagai “Tahun Damai di Dunia Maya” yang dimotori oleh Deputi 1 bidang pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi melalui pusat media damai (PMD) dengan menggiatkan sosialisasi pencegahan paham ISIS di seluruh Indonesia. Kini digalakkan tahun damai di dunia maya oleh pusat media damai pada BNPT yang bisa diakses di websitedamailahindonesiaku.com dan jalandamai.org. Website tersebut merupakan pusat media pencerahan terkait isu-isu tentang terorisme dalam rangka menuju kehidupan yang damai tanpa kekerasan sekaligus sebagai website tandingan sebagai upaya untuk meluruskan dan menjelaskan mengenai apa dan bagaimana ISIS yang sebenarnya melalui media maya.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan dalam rangka kontra narasi adalah dengan penguatan pemahaman tentang Islam moderat. Hal ini dilakukan karena ISIS menggunakan Islam untuk menjalankan propagandanya. Sehingga, salah satu upaya dalam menangkal paham-paham tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi dan penguatan pemahaman Islam moderat ini terutama di kalangan anak muda dan di lingkungan kampus-kampus, pasalnya mahasiswa adalah ‘pasar’ potensial yang dibidik ISIS untuk mencari anggota baru. 
Di era globalisasi seperti sekarang, terorisme muncul dengan dimensi baru bahwa penyebaran teror dilakukan pada media internet. Hal ini dilakukan karena internet merupakan media yang paling mudah untuk diakses dan cakupannya pun luas. ISIS merupakan kelompok terorisme yang memanfaatkan internet sebagai media propagandanya. Dengan maraknya narasi-narasi yang berbau radikal seperti itu, pemerintah melalui BNPT membuat suatu kebijakan kontra narasi sebagai salah satu upaya penanggulangan terorisme di Indonesia.
Mengenai upaya kontra narasi, BNPT membuat website-website tandingan yang bertujuan untuk meluruskan hal-hal yang terkait terorisme. Selain itu, BNPT juga melakukan sosialisasi lebih gencar terhadap kaum muda baik yang masih duduk di bangku sekolah ataupun di kalangan mahasiswa. Hal ini dilakukan agar kaum muda di Indonesia tidak terpengaruh oleh paham radikal yang bisa saja mereka temui dengan mudahnya di internet dan media sosial.

No comments:

Post a Comment